Jumat, 18 September 2009

Detik Terakhir Ramadhan dan Selamat Idul Fitri 1430 H


Sudah memasuki hari serba terakhir di bulan ramadhan. Taraweh terakhir yang barus saja dilaksanakan, ayat-ayat terakhir dalam tadarus, sholat lail berjamaah terakhir, puasa terakhir dan buka puasa terakhir. Terakhir disini dalam artian terakhir di bulan ini dan tentunya dari dalamnya hati saya berharap di panjangkan umur untuk bisa bertemu lagi di bulan ramadhan tahun depan. Insya Allah.

Akhir ramadhan memang sesuatu yang bisa membahagiakan dan bisa juga menyedihkan. Bahagia karena menyambut hari kemenangan, merasa kembali fitri dan merasa dekat dengan silaturrahmi. Bersedih karena ditinggal bulan yang penuh rahmat dan ampunan. Dan lebih menyedihkan lagi karena ga ada jaminan apakah bertemu lagi di bulan ramadhan di tahun berikutnya. karena untuk urusan umur memang hanya Dia yang mengetahui.

Ada sesuatu yang mengharukan berkenaan dengan taraweh terakhir. Nah, karena terakhir jadi doa setelah tarawehnya agak lama. Pas baca doanya itu ustadznya sambil terisak dan menitikkan air mata. Wah, bener-bener deh. Seumur-umur saya belum pernah menemui yang begini. Trus para jamaah lain juga ada yang begitu. Saya jadi speechless. Antara ikutan haru dan gimanaaa gitu. Memang, buat yang ahli ibadah tentulah sedih ditinggalkan bulan yang mana satu kebaikan bisa dibalas dengan puluhan bahkan ribuan kali pahala. Dan pas sholat lail berjamaah juga begitu. Meski ga pakai tangis-tangisan tapi tetap aja mengharukan. Bila hari sebelumnya di sholat lail kita berdoa yang sifatnya lebih individu tapi kali ini oleh imam kita diajak mendoakan keluarga yang lain, saudara bahkan tetangga. Di heningnya tengah malam tentu menambah haru suasana. Dan inilah yang memang membuat saya selalu merindukan ramadhan.

Bagaimana dengan ibadah saya pribadi? Hari ini saya menyelesaikan juz ke-30 saya. Alhamdulillah, setelah beberapa tahun ga pernah lagi hatam AlQuran meski tahun ini cuma sekali. Dan ini tergolong biasa, pada zaman sekolah dulu saya malah bisa hatam berkali-kali dalam sebulan. Setelah membaca doa hatamul qur'an saya merenung sejenak, ternyata beribadah dengan baik itu adalah ni'mat dan anugerah. Ah, saya terharu sendiri jadinya. Berarti tinggal menunggu buka puasa terakhir dan setelah itu tibalah hari kemenangan. Harapan saya mudahan kita benar-benar kembali fitrah dan semoga panjang umur dan bisa bertemu kembali dengan bulan ramadhan tahun depan.

Akhirnya, saya mau mengucapkan...

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1430 H
Mohon Maaf Lahir dan Batin

Maaf yang sedalam-dalamnya untuk orang-orang di di dunia nyata maupun di dunia maya. Blogger, Facebook, Twitter dan akun-akun saya yang lain. Maaf atas segala komentar, update status maupun postingan yang tak berkenan. Semoga dengan saling memaafkan kita menjadi umat yang lebih baik dan silaturrahmi terjalin lebih erat tanpa ada rasa perbedaan apalagi permusuhan. Mudahan kita semua kembali fitrah. Amin.

Minggu, 13 September 2009

Semangat di Sepuluh Hari Terakhir

Hmm... lama ga nulis postingan hehe... Sebenarnya bukan malas, tapi kurang semangat aja. Ga tau juga bawaannya lemes melulu, loyo. Dan sebenarnya ada beberapa draft yang belum selesai sebelum tulisan ini. Tapi yaa karena penyakit malas tadi tulisannya jadi ga selesai-selesai. Dan parahnya, rencana menyelesaikan draft saya tadi entar habis lebaran *parah abis* =D

Dan bulan ramadhan sudah memasuki sepuluh hari terakhir. Yang mana oleh para ustadz di mesjid di sisa harinya ini dihimbau banget buat para muslim yang berpuasa untuk meningkatkan ibadah yang sebaik-baiknya karena jika diibaratkan suatu diskon belanja maka di sepuluh hari terakhir inilah diskonnya yang gede-gedean. Amal ibadah kita berlipat ganda jadinya. Sehingga sungguh disayangkan jika di sepuluh hari terakhir ini orang-orang malah pada malas taraweh. Pahala didiskon eh para jamaah mesjid juga pada mendiskonkan diri buat sholat berjamaah. Ga tanggun-tanggung, diskon mereka bisa lebih dari 50%. Ga heran separo mesjid pada melompong dan bisa dipakai anak-anak buat lari-larian. Oh ya, kenapa saya tadi bilang diskon ini berlaku buat umat muslim yang berpuasa? karena pada kenyataannya memang banyak umat muslim yang ga puasa. Banyak ditemui orang-orang kaya gini. jika puasa bolong sehari masih bisa diterima, ini malah puasa sehari tapi bolongnya sampai sekarang. Gimana mau diberi pahala berlipat ganda kalau begini. Ya ngga? Parah dah orang kayak gini. Parah jilid dua =D

Dan salah satu hal yang bikin tambah semangat disepuluh hari terakhir adalah adanya malam dimana amal ibadah kita dilipatgandakan setara dengan beribadah selama seribu bulan. Atau yang biasa umat muslim kenal dengan malam lailatul qadar. Wuiih... Malam seribu bulan bro! Atau kalo dihitung-hitung sama dengan 83 tahun 4 bulan. Buat yang penggemar ibadah tentu ga mau menyia-nyiakan kesempatan ini. 83 tahun tentu sebuah nilai ibadah yang sangat besar. Misalkan kita diberi umur segitu pun belum tentu kita bisa melakukan ibadah terus menerus selama 83 tahun berturut-turut. Ya ngga? kesempatan besar yang hanya terjadi setahun sekali. Itupun hanya dibulan ramadhan. Nah, bagaimana dengan saya sendiri? Mumpung ada kesempatan saya jadi tertarik juga ngikutin perburuan malam lailatul qadar. Caranya saya ikutan sholat lail berjamaah di mesjid yang dimulai pada malam dua puluh satu ramadhan kemarin. Tengah malam sekitar pukul satu dini hari harus bangun. Alarm hapepun disetting biar bunyi jam segitu. Bersiap dengan mandi terlebih dahulu. Dingin ga masalah karena kata ustadz kalau mau beribadah baiknya kita dalam keadaan yang benar-benar bersih. Suci gitu lah. Saya ya nurut aja. Habis mandi dan ganti baju sayapun cabut ke mesjid karena jam setengah dua sembahyang dimulai. Dan jujur saja, ini yang pertama kalinya saya ikutan yang beginian. Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya saya cuma mengerjakannya secara sendiri. Itupun kalau malamnya kebangun. Dan belum tentu setiap malam. Alhamdulillah di tahun ini bisa. Bersemangat karena berjamaah sholatnya. Memang benar, berbuat baik jadi lebih baik bila dikerjakan bersama-sama. Di mesjid suasananya pun beda. karena tengah malam sholatnya pun dikerjakan dengan agak-agak nyepi. Ga pakai pengeras suara juga. karena kasian buat orang lain yang tidur dirumah kalau terganggu. Sholatnya pun dalam gelap-gelapan karena segala penerangan mesjid dimatikan. Fungsinya biar sholatnya khusyu, dan memang benar sayapun merasakan begitu. Dan mungkin juga biar sholatnya berkesan ekslusif hehe... Dan keekslusifannya juga dalam hal jamaah. Yang datang pada tengah malam itu orangnya sedikit. Yang datang juga para ustadz terkemuka juga orang-orang tua dedengkot ibadah. Yang muda-muda seperti saya juga anak-anak umatnya bisa dihitung dengan kalkulator manual alias dengan tangan hehehe... Tapi ga apa lah. Yang penting niat didalam hati masing-masing. Mendapatkan ridho dan berkah itu yang utama. Bukan masalah tua mudanya. Ya ngga?

Dan sebenarnya malam lailatul qadar itu sebenarnya malam yang seperti apa sih? Apakah malamnya ada sesuatu yang spesial atau ajaib? Nah, saya mencoba merangkum dari hasil ceramahnya ustadz-ustadz di mesjid tentang malam seribu bulan ini. Apa dan bagaimana? Saya coba tulis dengan sedikit pengetahuan saya. Dan malam lailatul qadar itu adalah malam dimana amal ibadah kita dilipatgandakan hingga sama seperti beramal ibadah selama seribu bulan. Malam ini diyakini datang di sepuluh malam hari terakhir di bulan ramadhan dan khususnya di malam hitungan ganjil seperti malam ke 21, 23 dst. Dan yang mendapatkan malam ini pun tidaklah semua orang yang berpuasa. Tetapi orang yang benar-benar melakukan amal ibadah yang sungguh-sungguh dan yang mendekatkan diri sepenuhnya pada Allah SWT. Caranya tentu dengan melakukan ibadah plus misalkan tadarus, memperbanyak sholat sunat, i'tikaf (berdiam diri) di mesjid dengan tujuan ibadah dll. Dan orang yang mendapatkan lailatul qadar menurut penuturan ustadz bisa terjadi dengan dua cara. Secara tampak atau nyata, bisa juga secara tidak tampak. Nah, kalau yang tampak, orang yang mendapatkan lailatul qadar itu bisa jadi dia melihat sesuatu yang luar biasa. Something strange and something amazing. Seperti apa? Wah saya ngga tau juga. karena ini biasanya dirahasiakan orang yang mendapatkannya guna menghindari kalau-kalau menimbulkan sifat riya atau pamer. Dan yang tidak tampak, menurut ustadz, orang yang mendapatkannya tiba-tiba merasa mempunyai kontrol diri yang kuat sehingga terhindar dari perbuatan maksiat dan merasa lebih dekat dengan Allah. Pada intinya orang yang bersangkutan itulah yang benar-benar merasakan apakah dia mendapatkan lailatul qadar atau tidaknya. Lalu apa yang diperbuat setelah mendapatkan lailatul qadar itu? Ya... terserah. Dia sudah mempunyai kemustajaban dalam berdoa. Artinya doanya itu besar kemungkinannya cepat terkabul. Mau jadi orang kaya juga bisa. Dan memang ada orang yang dapat lailatul qadar yang tiba-tiba kaya mendadak. Ini memang terjadi. Ya... kurang lebih sama dengan kasus ponari lah. Tapi orang-orang yang memang benar-benar ahli ibadah kayaknya sudah ga terlalu peduli dengan yang berbau duniawi. Jadi ga semuanya juga yang jadi kaya mendadak. Bagaimana dengan saya sendiri? Saya tidak terlalu mengharapkan. Yang penting saya sudah melakukan yang terbaik dan segalanya saya serahkan pada Yang Kuasa mudahan saya juga diberikan yang terbaik juga. Kurang lebih begitulah harapan saya.

Selasa, 01 September 2009

Karena Ramadhan Bulan Penuh Ampunan


Hmmm… udah hari keberapa nih di bulan ramadhan? Ga pernah menghitung dan memperhatikan hehehe… Yang jelas aku tu semangat tiap harinya buat melaksanakan ibadahnya bukan hitungan mundur bulan ramadhan kapan selesai. Atau juga sikap ga sabaran nunggu lebaran. Tiap harinya santai, dan berpikir bagaimana mendapatkan nilai pahala yang maksimal di bulan ramadhan kali ini. Karena pernah mendengar dari ustadz yang mengisi kuliah subuh bahwa sesungguhnya kita itu merugi bila dalam sebulan ramadhan kita tak mendapat ampunan dari Allah. Waduh, kalau dipikir-pikir benar juga apa kata tu ustadz. Karena di bulan ramadhan memang bulan dimana pintu maghfirah atau ampunan yang seluas-luasnya. Tapi dipikir-pikir lagi ternyata susah dan ga gampang buat mendapat ampunan seutuhnya. Ibadah harus bener-bener maksimal kalau mau begitu. Ah, tapi aku ga ambil pusing. Yang penting aku sudah berusaha melakukan ibadah yang lebih baik dari pada bulan-bulan sebelumnya.

Dan ngomong soal tarawih, dihari yang kebeberapa ini ternyata semangat orang-orang udah pada mulai mengendur. Jadi ceritanya begini, kalau tarawih itu kan aku biasanya mengambil shaf yang didepan. Jadi aku ga tau gimana perkembangan jamaah yang ada dibelakang. Malas nengok-nengok kebelakang. Tapi pada awal puasa sih aku liat nampaknya jamaah di mesjid memang full banget. Beberapa hari sesudahnya juga masih nampak full-full aja. Kukira orang-orang disini memang pada rajin sholat tarawih. Hari berikutnya aku kurang memperhatikan lagi dan baru-baru tadi aku liat dan ternyata? Oalaaah… ternyata eh ternyata para jamaah udah berkurang hampir separo. Haduhaduh, pada kemana tuh jamaah yang lain? Sikap rajin diawal-awal bulan ramadhan ternyata berlaku hampir disetiap langgar atau mesjid. Awalnya aja yang full hingga nampak satu mesjid juga ga muat tapi pas lewat seminggu aja sudah pada hilang tyang emang niat banget mau memaksimalkan nilai ibadah ramadhannya seperti *ehm* aku ini. Dan sisanya anak-anak yang niatnya Cuma mau minta tanda tangan imam tarawih buat tugas sekolah. Padahal ikut sholatnya aja nggak.

Dan bulan ramadhan masih lebih dari setengah bulan kayaknya. Jika kamu merasa dipanas-panasi oleh ucapan ustadz kuliah subuh tadi tentunya masih banyak waktu untuk membuktikannya. Tunjukkan kalau kamu juga bisa mendapatkan ampunan dan saat hari kemenangan tiba kamu mendapati diri kamu fitri seutuhnya. Susah sih merasakan gimana rasanya bila dosa kita terampuni. Ga ada tandanya. Seandainya bila udah dapat ampunan itu kita dapat cap di dahi kita tentu kita bakalan tahu hehehe… Tapi menurut aku pribadi janganlah karena dapat ampunan itu jadi acuan dalam Ibadah. Kalau mau ibadah ya beribadahlah dengan hati ikhlas. Ga mau yang ini atau yang itu. Bukankah kita hidup sudah dalam limpahan segala nikmat dan karunia Allah. Jadi wajar kalau kita patut mensyukuri dengan beribadah yang ikhlas. Urusan diampuni atau tidaknya kita serahkan padaNya saja. Kamu bakalan tahu juga nanti bagaimana. Setidaknya pas udah mati dan hari kiamat tiba. Eh, tau-taunya kamu nyelonong aja masuk kesurga. Sementara teman yang lain pada antri dihitung amal ibadahnya dan terbengong-bengong liat kamu jalan santai ke surga. Dan kamu dengan wajah santai bilang pada mereka “Ni hasil dari Ramadhan kemarin bro. lu kemana aja ramadhan kemarin?” hehehe… ini Cuma ilustrasi pribadi aja. Menghayal dikit-dikit. Jadi, lewat tulisan saya ngajak semuanya untuk beribadahlah yang kira-kira terbaik dan semampu kalian kerjakan. Mudahan di akhirat entar aku menemukan catatan bahwa aku mendapatkan pahala sekian persen dari hasil ajakan beribadah lewat blog =)