Kamis, 12 November 2009
Proposal Ber-Ayatkan Cinta
Sebenarnya agak ga enak juga sih menulis cerita ini. Karena menyangkut pribadi orang lain. Tapi karena aku merasa ada sedikit pelajaran dari sini maka aku coba deh merangkum apa yang ada dalam pikiranku. Oke, bermula pas sore tadi aku di-sms-in temanku. Dia mau ngajak makan. Ditraktir. Gratis! Sebagai manusia yang suka sama yang gratis-gratis tentunya ga mau dong aku menyia-nyiakan kesempatan ini hehehe… Setelah kami deal dengan tempat dan lokasi makannya kami pun janjian ketemuan pas malamnya.
Singkatnya malamnya rencana dilaksanakan. Sebelum makan, karena ketemu sama teman jadi kita ngobrol-ngobrol dulu. Cerita punya cerita, akhirnya kami sampai bahasan yang menyangkut pernikahan. Maklum, yang ada-ada ini personilnya masih menjomblo semua. Jomblo dalam artian belum berkeluarga :D Memang kalau sudah umur-umur segini memang sukanya menyinggung tentang pernikahan. Nanya kapan kawin lah, atau udah dapat pasangan lah, sudah punya pacar lah dan lain-lain. Nah, ketika obrolan kami sampai pada hal yang begini entah mengapa kami jadi terceritakan tentang seorang teman yang sepertinya pada waktu dekat ini maunya menikah. Ada sesuatu yang berbeda sehingga kami cukup membuat ini jadi bahasan. Bedanya adalah temanku yang mau menikah itu mau caranya dengan membuat proposal. Pada mulanya timbul pertanyaan, proposal apa sih? Memang orang yang kerjanya PNS trus mau menikah harus mengajukan proposal dulu? Ternyata proposal yang dimaksud adalah semacam membuat pinangan dengan mengajukan tulisan-tulisan berisi maksud dan tujuan. Lengkap dengan kutipan hadits Nabi dan ayat AlQuran serta biodata lengkap penulis, kemudian ditujukan kepada perempuan yang ingin dilamar. Hadits dan Ayatnya pun dikutip yang bertemakan cinta, keluarga dan indahnya hidup dalam rumah tangga. Cara melamar yang menurutku teramat halus dan sopan tapi tetap gentle.
Aku tak ingin menceritakan bagaimana orang yang mengirim proposal tapi aku hanya merangkum pembicaraan tentang caranya tadi. Zaman sekarang menurut kami (atau hanya sebatas pengetahuan kami) memang jarang melakukan hal yang seperti itu. Kalau mau menikah hal yang lumrah biasanya adalah berpacaran terlebih dahulu. Meski dalam agama islam memang tidak mengenal yang namanya berpacaran tapi karena ingin mengetahui bagaimana orang yang akan mendampingi hidup nanti maka ga sedikit orang yang memilih berpacaran terlebih dahulu. Tapi sesuai keyakinan dari diri masing-masing mungkin temanku lebih memilih mengajukan lamaran dengan mengirim proposal pada orang yang ingin dijadikan pendamping hidupnya. Dan tahu sendiri lah, yang begini memang biasa dilakukan oleh orang yang agamanya secara kuat. Kuat tapi bisa juga belum sepenuhnya fanatik. Perempuan yang dilamar pun bukan sembarangan, mereka melihat dari sisi kesholehannya. Jadi kalau sudah begini, seandainya sang perempuan yang menerima proposal dan menyatujui lamaran itu maka tanpa adanya proses pacaran mereka akan langsung mengikat janji untuk membangun kehidupan baru. Cara yang sekilas terlihat praktis tapi susah dilakukan.
Lalu apa yang menjadi perhatian kami? Kami mengagumi sikap yang demikian. Hari gini dimana zaman yang udah Nampak gila-gilaan ternyata masih ada yang memegang teguh sebuah hal yang berbeda tapi baik. Kami pun mulai membanding-bandingkan dengan diri masing-masing. Salah satu temanku mengaku mungkin tak sanggup harus mencari calon dengan cara yang demikian. Kami memang sepakat bahwa berpacaran memang tak wajib dilakukan tapi bagaimana pun dirasa memang perlu waktu untuk mengenal satu sama lain sebelum memutuskan untuk mengikat janji setia seumur hidup. Temanku yang satunya lagi mengaku memang sekarang memiliki pacar tapi sebatas untuk saling mengenal. Siapa tahu entar dia memang jodohnya atau bukan. Kalau aku sendiri tak menolak juga jika harus memulainya dengan hal yang demikian tapi dengan niat memang untuk mengenal lebih banyak dan tidak bermaksud main-main. Ah, mengerti sendiri lah apa maksudnya. Dan ini adalah obrolan para lelaki yang berumur 23-an, jadi buat yang umur dibawah itu dan tidak mengerti apa maksudnya janganlah sampai bingung. Entar pas umurnya sudah sampai kamu akan mengerti sendiri juga :)
Akhir dari obrolan kami adalah kami menyimpulkan bahwa segala sesuatunya kita kembalikan ke niat kita. Boleh lah saja melakukan hal yang berbeda atau pun bagaimanpun cara yang lain, tapi haruslah dengan niat yang baik. Sesuatu yang diawali dengan hal yang baik Insya Allah akan berakhir dengan yang baik pula. Tapi jika pada awalnya memang hanya untuk main-main maka siap-siap pula pada akhirnya perasaan kamu akan dipermainkan juga. Yang sebelumnya di ramalkan indah bisa saja berubah menjadi tak seindah yang diharapkan. Malah lebih buruk. Satu kesimpulan lagi, menurut kami diri kita haruslah berpegang pada pedoman (baca: agama) dan menyerahkan sepenuhnya terhadap apa yang kita telah usahakan kepada TYME agar mendapatkan hasil yang terbaik. Kesimpulan sudah didapat, makananpun tiba. Karena sudah lapar yaaa sikat aja lagi apa yang tersaji hehee… Thanks ya buat yang merasa mentraktir. Pulang kerumah dengan membawa perut yang sudah kenyang dan membawa pikiran yang penuh dengan kata-kata obrolan tadi dan aku segera menuliskannya di lappiku :)
Rabu, 11 November 2009
Sejarah Perinternetan Ala Blog Ofecc
Yang namanya dunia perinternetan sepertinya tak akanlah seru tanpa ada situs-situs pertemanan ataupun sarana penghibur macam chatting atau yang lainnya. Bayangkan saja misalkan internet digunakan hanya sekedar halaman-halaman info saja tentu menurutku setengah dari pengguna dari internet sekarang bakalan tobat gembel mau melek internet hehe… Hal-hal macam situs pertemanan, layanan pesan instan, permainan atau semacam yang beginilah yang menurutku buat orang mau melek internet.
Nah, bagaimana sejarahku jadi bisa juga melek internet? Mau sedikit berbagi cerita nih. Aku mulai mengenal dunia perinternetan pas jaman sekolah smp. Itupun juga teman yang ngajak. Dan juga saat itu ketika saya berada di Banjarmasin bukan ditempat tinggal saya sekarang ini. Kerjaan pertama kalinya adalah mencari info tentang game lewat browsing di internet karena saat itu juga lagi rame-ramenya juga main playstation. Saat itupun warnet agak jarang ada. Jaraknya pun jauh. Harga perjamnya mahal dan kualitas koneksi yang jika dibandingkan dengan sekarang mungkin orang bakalan stress menggunakan internet karena saking leletnya hahaa… Lanjut pas saya sekolah SMA, internet mulai agak mudah tapi masih mahal. Saat itu memang lagi tren memakai Telkomnet Instan. Biayanya 150 perak permenit. Tapi mainnya masih lewat warnet juga. Biar murah main di warnetnya harus bergrup, satu grupnya lima orang. Jadi pas mau online kelima orang itu harus online bareng. Kalau mau online sendiri siap-siap saja menanggung resiko bayar lebih mahal.
Karena kesenangan udah ada internet maka saat itu pun merasa tiada hari tanpa online. Uang saku sekolah rela disimpan buat ngenet. Dan pada masa itulah aku mulai menjaring perkenalan dengan orang dunia maya. Kalau ga salah memang akunya yang ga tahu atau gimana, rasanya belum tahu dengan situs pertemanan. Andalan saat itu adalah chatting di MIRC serta belajar membuat e-mail. Rasanya dulu seru abis deh kalau sudah chatting, berkenalan dengan ujung-ujungnya bertukar nomer handphone dan kalau malas memberi nomer handphone bisa juga bertukar e-mail. Singkatnya dengan chatting ini aku pernah akrab dengan seseorang dan saling berbalas e-mail dan akrab dengan seseorang lagi dengan saling bersms dan puncaknya pernah kopi darat sama orang ini :D Pas ber-email ria juga punya pengalaman seru, aku dulu memang suka banget dengar radio siaran international macam radio Radio Australia dengan siaran berbahasa Indonesia dan juga radio siaran Brunei. Nah, karena merasa punya email akupun mencoba ikutan kirim surat atau istilahnya dedikasi ke radio itu. Beberapa malam memantau terus siarannya dan akhirnya dibacakan juga email dariku itu. Jiahaha… betapa senang bukan main sampai jingkrak-jingkrakkan karena merasa nama dipanggil di radio dan didengar seantero dunia. Tak peduli orang peduli atau tidak yang penting happy hahaha…
Pas mau mendekati ujian akhir aku berhenti berinternet memfokuskan diri pada pelajaran. Teman yang kukenal lewat saling ber-email ria otomatis ikut terlupakan. Sementara teman yang pernah kopi darat tadi ga tau kenapa dia mengganti nomer handphonenya dan dia tak pernah ngasih kabar lagi. Pertemanan selesai. Ah, namanya juga kenal dari dunia maya. Jadi segala sesuatu nya juga bisa menghilang sebagaimana sifat maya itu sendiri. Singkat cerita lulus sekolah sekian lama ternyata dunia perinternetan sudah semakin maju. Warnet-warnet mulai bermunculan macam jamur. Aku mencoba kembali eksis di dunia yang katanya penuh kepalsuan dan manipulasi ini. Memulai kembali langkah di dunia maya aku pun langsung membuat 3 akun yang kukenal memang lagi tren saat itu. Multiply, Facebook dan Friendster. Multiply itu ternyata layanan blogging, karena saya lagi bego maka saya kurang tertarik. Facebook saya rasa aneh, sama sekali tak mengerti apa dan bagaimana cara mainnya. Nah, tinggalah Friendster atau biasa disingkat fs yang lagi oke banget. Hampir semua teman memainkannya membuat saya juga ikutan main disitu. Seru, pokoknya rame banget dah saat itu. Ga tau apakah orangnya kenal apa tidak yang penting komentarnya nyambung. Kejar mengejar jumlah komentar di fs terasa wajib dilakukan biar dibilang eksis. Pokoknya belum gaul kalau komentarnya tidak mencapai ribuan :D
Tapi lama-lama aku bosan juga dengan fs. Orang-orangnya mulai mengganti namanya dengan nama yang aneh-aneh atau biasa disebut nama alay. Dan aku merasa tidak suka, maka akupun mulai meninggalkan fs. Dengar informasi katanya Facebook atau fb katanya lebih seru. Aku pun mulai mencari-cari akun lamaku di fb yang dulu pernah kubuat. Saat teman yang lain masih terlena dengan fs aku sudah main fb sendiri. Dan ternyata aku suka. Di fb terasa lebih real pertemanannya, nama penggunanya saat itu wajib menggunakan nama asli, penggunanya pun cerdas-cerdas dan dewasa, tidak seperi fs yang didominasi anak-anak. Aku mulai betah di fb. Temannya saat itu benar-benar orang yang tidak kukenal sama sekali. Tanpa kusadari ternyata aku meng-add orang-orang dari sebuah grup sekolah teladan. Wow, mereka baik-baik dan cerdas juga ramah. Dan dari mereka-mereka inilah aku mulai tertarik ngeblog, karena rasanya ga gaul deh kalau di fb halaman websitenya melompong sementara mereka rata-rata punya blog. Waktu itu pertemanannya berasa banget. Biar tak saling kenal tapi ga canggung buat saling nulis di wall. Pas update status pun langsung banyak yang meninggalkan komentar. Benar-benar berasa serunya hingga saat itu aku merasa facebooklah jejaring sosial yang sebenarnya. Karena masih sedikitnya pengguna fb jadi wajar lah sesama penggunanya memang saling mencari perhatian. Akupun melupakan fs.
Dan sekarang apa yang terjadi? Ternyata seiring terkenalnya facebook, migrasi besar-besaran ke dari fs ke fb tak dapat dihindari. Maka kembali bermunculan lah nama-nama alay yang dulu pengganggu seantero situs pertemanan. Aku pun mulai terganggu, teman-teman yang dulu kenal satu persatu mulai menghilang. Tak ada lagi update status dan tak ada lagi yang menyapa di wall. Mereka mulai cuek dan mungkin merasa terganggu juga dengan anak-anak yang suka menyapa “Halowh,,, Cpa Disan4? Qmuwh anagg manna,,,,,,” Bikin kesel aja dah. Jelas-jelas di profilnya sudah tertulis lengkap eh masih nanya juga. Pertemanan pun hambar. Timeline status pun hanya diisi oleh anak-anak yang ngomong ga jelas. Akupun ikutan ga bereksis ria lagi di fb. status ku sudah berabad-abad ga ku update. Dan fb ku fungsinya hanya sebagai sarana teman lama yang mau nyari aku. Dan buat menyapa teman-teman yang sudah aku kenal terdahulu.
Dan sekarang aku malah nyasar lagi di twitter. Layanan microblogging yang mulai ngetren dan masih bebas dari pengganggu. Aku lumayan asyik disini. Penggunanya pinter-pinter dan aku merasa banyak manfaatnya juga. Dengan memfollow akun-akun berita atau humor atau artis membuatku merasa twitter emang cocok dan seru. Aku pun mulai banyak punya kenalan baru yang asyik-asyik disini. Pokoknya untuk sekarang ini aku merasa nyaman di twitter lagi :) Apakah nanti ada lagi yang lebih baru dan seru aku ga tau. Yang jelas aku akan terus mencoba eksis di blog aja bila semua situs pertemanan terasa hambar. Karena menurutku ngeblog itu ga ada matinya. Selama kita rajin mengurusnya dan memperbaharui isinya, maka selama itu pula kita merasa senang dan seru di blog. Ya ga?
Minggu, 08 November 2009
Pandangan Tak Biasa Masyarakat Terhadap Pengguna Handsfree
Dari judulnya Nampak seperti judul makalah atau skripsi ya? Hehe… Sedang mau mengambil judul yang agak panjang aja. Karena merasa tak menemukan judul singkat yang cocok. Dan oke, langsung aja nih. Bermula pas melihat seseorang yang asyik nelpon. Dilihat sekilas dia memang seperti tidak sedang menelpon karena dia memakai alat bebas genggam atau handsfree. Tidaklah aneh memang tapi disaat dia melakukan panggilan dia berada di saat yang kurang tepat. Pas nelpon dia berada ditengah orang banyak dan dia melakukan percakapan dengan suara yang cukup keras. Jadi, bagaimana orang pada awalnya tidak merasa aneh melihat seseorang ngomong sendiri tanpa ada lawan bicara dan tanpa memegang handphone? Orang yang kebetulan tak menyadari ataupun tak tahu dia memakai alat bebas genggam mungkin akan berpikir yang tidak-tidak, mungkin dia pikir orang ini gila atau ada gangguan syaraf lainnya hehe… karena zaman sekarang aku rasa orang kebanyakan sudah parno duluan bila menemui hal-hal yang baru dan kurang biasa. Dikit-dikit dibilang ga waras, stress atau apa. Kayaknya gampang banget menilai orang hanya karena orang yang dinilai itu melakukan hal yang tidak biasa seperti sebelumnya.
Bagaimana dengan aku sendiri? Aku juga merasa awalnya agak gimana juga melihat orang tersebut bicara dan tertawa sendiri meski aku melihat ada kabel kecil dan earphone yang menyangkut di telinganya tapi aku tetaplah merasa aneh. Jadi mending nelpon secara biasa aja kali ya dengan memegang handphone daripada memakai alat bebas genggam. Dan orang-orang disekitar lain yang melihat juga pada jadi senyum mungkin punya pikiran awal yang sama, aneh! Akupun bertanya dalam hati ini orang-orang pada katro atau yang nelpon terlalu lebay gayanya hingga menarik perhatian sekitar? Ga tau juga :)
Memang sih sekarang jaman yang sudah semakin canggih, dalam urusan nelpon pun juga bisa ga usah lagi harus repot nempelin telepon ke telinga atau kadang pasnya lagi sibuk ga usah susah-susah menjepit telepon genggam pakai bahu. Cukup colokin perangkat bebas genggam, beres. Atau yang lebih keren lagi pakai perangkat yang benar-benar tanpa kabel alias pakai Bluetooth sehingga misalkan ada yang nelpon tangan kita benar-benar terbebas dari kabel apapun dan cukup meyakinkan buat orang yang ga tau buat mengira kita bicara sendiri. Apalagi perangkat tanpa kabel tersebut ada ukurannya yang cukup kecil sehingga kurang Nampak atau untuk para cewek yang punya rambut panjang bisa aja ga keliatan sama sekali karena ketutup sama rambut, jadi tambah yakinlah buat orang lain kalau anda ngomong sendiri :D
Jadi menurut saya memang ga salah kalau seseorang memakaih perangkat bebas genggam pada handphonenya biar ga ribet dan cari mudah. Tapi pas nelponnya liat-liat situasi dulu lah. Anda sedang dimana. Kalau dirumah sih tak masalah, kalau ditempat umum baru bisa jadi sesuatu masalah. Misalnya di tempat umum macam pusat perbelanjaan atau pas ngantri di bank. Orang liat anda ngomong sendiri pakai gaya yang lebai tentu hanya buat orang menujukan perhatian untuk anda. Kalau yang sudah tahu sih ga masalah dengan gaya anda tapi kalau yang kurang tahu, wah, bisa-bisa anda dikira apaaa ngomong sendiri. Apalagi misalkan tampang anda terlihat kurang meyakinkan. Wah, tambah berbahaya lagi tuh. Kalau ga penting amat ga usah deh pakai handsfree. Biasa aja dengan cara manual, nempelin handphone ketelinga. Atau kalau terpaksa juga, berbicalah dengan biasa saja. Ga usah cekikikan, dan suara agak pelan dikit. Kalau maksa juga yaaa bersiaplah anda akan sebentar mendapat perhatian dari orang lain dan kalau orang dirasa aneh memandang anda maka ga usah marah. Bilang aja kalau perlu “Ada apa ya? Belum pernah liat orang ngomong sendiri?” hahaha… Piss dan salam.
Bagaimana dengan aku sendiri? Aku juga merasa awalnya agak gimana juga melihat orang tersebut bicara dan tertawa sendiri meski aku melihat ada kabel kecil dan earphone yang menyangkut di telinganya tapi aku tetaplah merasa aneh. Jadi mending nelpon secara biasa aja kali ya dengan memegang handphone daripada memakai alat bebas genggam. Dan orang-orang disekitar lain yang melihat juga pada jadi senyum mungkin punya pikiran awal yang sama, aneh! Akupun bertanya dalam hati ini orang-orang pada katro atau yang nelpon terlalu lebay gayanya hingga menarik perhatian sekitar? Ga tau juga :)
Memang sih sekarang jaman yang sudah semakin canggih, dalam urusan nelpon pun juga bisa ga usah lagi harus repot nempelin telepon ke telinga atau kadang pasnya lagi sibuk ga usah susah-susah menjepit telepon genggam pakai bahu. Cukup colokin perangkat bebas genggam, beres. Atau yang lebih keren lagi pakai perangkat yang benar-benar tanpa kabel alias pakai Bluetooth sehingga misalkan ada yang nelpon tangan kita benar-benar terbebas dari kabel apapun dan cukup meyakinkan buat orang yang ga tau buat mengira kita bicara sendiri. Apalagi perangkat tanpa kabel tersebut ada ukurannya yang cukup kecil sehingga kurang Nampak atau untuk para cewek yang punya rambut panjang bisa aja ga keliatan sama sekali karena ketutup sama rambut, jadi tambah yakinlah buat orang lain kalau anda ngomong sendiri :D
Jadi menurut saya memang ga salah kalau seseorang memakaih perangkat bebas genggam pada handphonenya biar ga ribet dan cari mudah. Tapi pas nelponnya liat-liat situasi dulu lah. Anda sedang dimana. Kalau dirumah sih tak masalah, kalau ditempat umum baru bisa jadi sesuatu masalah. Misalnya di tempat umum macam pusat perbelanjaan atau pas ngantri di bank. Orang liat anda ngomong sendiri pakai gaya yang lebai tentu hanya buat orang menujukan perhatian untuk anda. Kalau yang sudah tahu sih ga masalah dengan gaya anda tapi kalau yang kurang tahu, wah, bisa-bisa anda dikira apaaa ngomong sendiri. Apalagi misalkan tampang anda terlihat kurang meyakinkan. Wah, tambah berbahaya lagi tuh. Kalau ga penting amat ga usah deh pakai handsfree. Biasa aja dengan cara manual, nempelin handphone ketelinga. Atau kalau terpaksa juga, berbicalah dengan biasa saja. Ga usah cekikikan, dan suara agak pelan dikit. Kalau maksa juga yaaa bersiaplah anda akan sebentar mendapat perhatian dari orang lain dan kalau orang dirasa aneh memandang anda maka ga usah marah. Bilang aja kalau perlu “Ada apa ya? Belum pernah liat orang ngomong sendiri?” hahaha… Piss dan salam.
Rabu, 04 November 2009
Nolongin Orang Itu dengan Niat
Hari ini dapat pengalaman yang unik. Pagi hari, ya meski ga terlalu pagi juga sih, aku ketemu ama seseorang. Lebih tepatnya ditemui. Orang tersebut umurnya kira-kira sekitar 30an. Laki-laki. Singkatnya orang tersebut minta bantuan sama aku. Bantuannya apa? Beliau minta bantu untuk minta gadaikan sebuah BPKB motor. Alasannya beliau sudah ga punya uang buat pulang sambil menyebut nama sebuah kota. Kota yang lumayan juga sih jauhnya, kalau pakai motor kira-kira menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam. Ketemu juga bukan di waktu khusus, sempat ngomong sebentar aja sekedar saling menyapa pada mulanya. Aku kan orangnya ramah, jadi biasa aja nyapa orang :) Dan entah mengapa beliau langsung saja mau menggadaikan BPKB motor. Katanya mau menjemput istri. Awalnya aku rasa ragu juga, tapi melihat beliau yang serius minta tolong akupun merasa kasihan. Akhirnya aku membayar sejumlah uang kepada beliau dan BPKB motornya pun aku ambil dengan perjanjian beliau akan menebusnya sesegera mungkin bila sudah sampai tujuan. Uangnya? Ya… lumayan juga sih tapi demi dan dengan niat mau menolong orang aku pun merasa tak masalah untuk itu. Uang kukasih dan beliau pun berterimakasih dan melanjutkan perjalanan menyelesaikan urusan.
Selepas itu aku cerita kepada temanku. Kubilang aku membayar sejumlah uang buat ini BPKB motor. Kubilang aku Cuma nolongin orang. Temanku pun nanya “Kamu kenal orangnya?” kujawab saja tidak. Entah kenapa temanku tadi langsung curigaan. Muncullah pertanyaan yang bernuansa bagaimana. Bagaimana kalau orang itu ga benar? Bagaimana kalau itu BPKB motor hasil curian? Bagaimana kalau begini bagaimana kalau begitu? Intinya teman ku itu kurang meyakini tentang apa yang terjadi sama orang itu. Dan akhirnya aku agak terpengaruh juga. Bodoh banget ya kalau sampai ketipu sama orang yang begitu. Parahnya lagi aku ga nanya identitas orang itu ataupun nomer handphone nya biar bisa dihubungi bila ada apa-apa. Wah, bahaya juga. Tapi pas diingat-ingat lagi kayaknya serius banget orang tadi minta tolong. Masa aku yang benar-benar berniat nolongin orang malah orang itu tega menipu. Kata teman ku jaman sekarang emang lagi ngetren modus yang begitu. Ah, benarkah? Agak khawatir jadinya kalau-kalau terjadi apa-apa. Uang hilang ga masalah juga, tapi kalau saja itu BPKB motor yang bermasalah. Bekas curanmor misalnya, wah bisa-bisa aku dikira jadi penadah. Gawat kalau sampai terjadi. Tapi aku meyakinkan diri, aku menolong orang mudahan jangan sampai terbalas yang tidak-tidak akhirnya. Aku mencoba berfikir sepositif mungkin semoga praduga temanku itu tidak terjadi. Dan, dalam kurang dari 6 jam ternyata orang itu datang lagi menemui aku. Kali ini pulang sama anak dan istri membayar sejumlah uang yang aku kasih tadi dan BPKB nya pun aku balikin. Alhamdulillah, aku hanya tersenyum. Sebenarnya mau minta maaf karena berpikir yang tidak-tidak tadi. Beliau bercerita, pas sampai tujuan tadi langsung saja buru-buru balik buat bayarin uang yang dipinjam tadi. Agak kasian juga bikin orang jadi capek. Tapi aku jadi senang, niat nolongin orang jadi kesampaian. Lega rasanya :)
Ngomongin tentang nolong orang aku pernah juga punya pengalaman. Waktu itu sekitar setengah bulan setelah hari raya idul fitri tahun lalu. Aku pulang dari aktifitas dengan berjalan kaki karena motorku dipinjam adik buta keluar kota. Kebetulan saat itu aku pulangnya cepat jadi karena ga terlalu sore aku memutuskan jalan kaki. Lama banget ga pernah jalan kaki lagi. Nah, ditengah perjalanan tiba-tiba aku disinggahi bapak-bapak. Saat itu beliau Nampak kebingungan. Beliau nanya apakah aku orang dari daerah beliau, beliau menyebut suatu daerah yang lumayan jauh dari kotaku. Aku jawab tidak, ada apa memangnya? Ternyata beliau langsung to the point. Beliau cerita saat itu beliau juga kehabisan uang sama sekali dan bingung kemana harus cari duit. Beliau sedang dalam perjalanan menuju kota yang lumayan juga jauhnya. Katanya mau menjemput anaknya yang kena razia. Tambahnya lagi dari tadi juga ga makan sesuap nasi pun karena ga punya uang. Mau minta takut ga dikasih atau apa. Dan tanpa pikir panjang akupun segera membuka dompet dan ngasih uang kebeliau. Ga seberapa sih, tapi aku perkirakan cukup lah buat beli makan dan ngisi bensin buat perjalanan beliau yang masih cukup jauh. Menerima pemberianku beliau mengucapkan terimakasih yang bertubi-tubi sampai aku merasa ga enak. Beliau bilang sebenarnya beliau malu besar sampai minta-minta begini tapi apalah daya karena terpaksa. Aku sih memaklumi saja. Singkat cerita beliau pun melanjutkan perjalanan, aku juga ga terlalu mengingat-ingat lagi. Niat hati mau menolong, apapun jadinya ya terserah saja. Bila seandainya beliau berbohong yaaa… terima dan tanggung sendiri kesalahan karena menipu. Tapi saat itu kurasa tidak, keliatan dari muka dan kesungguhan beliau.
Jadi, kalau mau menolong orang itu harus dengan niat dan ikhlas. Kalau menolong dengan harapan minta balasan ujung-ujungnya bisa kecewa karena balasannya tak sesuai dengan harapan atau ga lebih dari apa yang kita inginkan. Aku sendiri kalau sudah menolong orang ya sudah saja. Ga perlu diingat-ingat lagi. Ga usah dicerita-ceritain ke orang yang ga penting dan lupakan saja. Kalau sudah niat itu yang kita dapat adalah kepuasan bisa membantu orang meski ga seberapa. Urusan apakah orang yang kita tolong itu Cuma bohong atau apa jangan dipikirkan lagi. Tapi kalau menurutku orang yang mau minta tolong itu keliatan kok dari mukanya. Kita punya panca indera jadi bisa mendeteksi sendiri mana yang bener-bener butuh bantuan dan mana yang mau main-main. Tak ada yang salah menolong orang bila udah niat dan ikhlas. Harapan kita Cuma, seandainya kita sedang butuh pertolongan mudah-mudahan kita nantinya juga mudah mendapat pertolongan. Ya ga? Rasakan sendiri deh, bagaimana kalau kita sendiri yang mengalami hal seperti yang diatas tadi dan ga ada yang nolong. Ga bisa dibayangin, bisa tewas ditengah jalan :) jadi kesimpulannya, tolonglah orang lain dengan niat sepenuhnya menolong. Tidak mengharap balasan tidak mengharapkan apa-apa. Yakinlah ada yang Maha Melihat yang mengetahui segala apa yang kita perbuat.
Langganan:
Postingan (Atom)