Kamis, 12 November 2009
Proposal Ber-Ayatkan Cinta
Sebenarnya agak ga enak juga sih menulis cerita ini. Karena menyangkut pribadi orang lain. Tapi karena aku merasa ada sedikit pelajaran dari sini maka aku coba deh merangkum apa yang ada dalam pikiranku. Oke, bermula pas sore tadi aku di-sms-in temanku. Dia mau ngajak makan. Ditraktir. Gratis! Sebagai manusia yang suka sama yang gratis-gratis tentunya ga mau dong aku menyia-nyiakan kesempatan ini hehehe… Setelah kami deal dengan tempat dan lokasi makannya kami pun janjian ketemuan pas malamnya.
Singkatnya malamnya rencana dilaksanakan. Sebelum makan, karena ketemu sama teman jadi kita ngobrol-ngobrol dulu. Cerita punya cerita, akhirnya kami sampai bahasan yang menyangkut pernikahan. Maklum, yang ada-ada ini personilnya masih menjomblo semua. Jomblo dalam artian belum berkeluarga :D Memang kalau sudah umur-umur segini memang sukanya menyinggung tentang pernikahan. Nanya kapan kawin lah, atau udah dapat pasangan lah, sudah punya pacar lah dan lain-lain. Nah, ketika obrolan kami sampai pada hal yang begini entah mengapa kami jadi terceritakan tentang seorang teman yang sepertinya pada waktu dekat ini maunya menikah. Ada sesuatu yang berbeda sehingga kami cukup membuat ini jadi bahasan. Bedanya adalah temanku yang mau menikah itu mau caranya dengan membuat proposal. Pada mulanya timbul pertanyaan, proposal apa sih? Memang orang yang kerjanya PNS trus mau menikah harus mengajukan proposal dulu? Ternyata proposal yang dimaksud adalah semacam membuat pinangan dengan mengajukan tulisan-tulisan berisi maksud dan tujuan. Lengkap dengan kutipan hadits Nabi dan ayat AlQuran serta biodata lengkap penulis, kemudian ditujukan kepada perempuan yang ingin dilamar. Hadits dan Ayatnya pun dikutip yang bertemakan cinta, keluarga dan indahnya hidup dalam rumah tangga. Cara melamar yang menurutku teramat halus dan sopan tapi tetap gentle.
Aku tak ingin menceritakan bagaimana orang yang mengirim proposal tapi aku hanya merangkum pembicaraan tentang caranya tadi. Zaman sekarang menurut kami (atau hanya sebatas pengetahuan kami) memang jarang melakukan hal yang seperti itu. Kalau mau menikah hal yang lumrah biasanya adalah berpacaran terlebih dahulu. Meski dalam agama islam memang tidak mengenal yang namanya berpacaran tapi karena ingin mengetahui bagaimana orang yang akan mendampingi hidup nanti maka ga sedikit orang yang memilih berpacaran terlebih dahulu. Tapi sesuai keyakinan dari diri masing-masing mungkin temanku lebih memilih mengajukan lamaran dengan mengirim proposal pada orang yang ingin dijadikan pendamping hidupnya. Dan tahu sendiri lah, yang begini memang biasa dilakukan oleh orang yang agamanya secara kuat. Kuat tapi bisa juga belum sepenuhnya fanatik. Perempuan yang dilamar pun bukan sembarangan, mereka melihat dari sisi kesholehannya. Jadi kalau sudah begini, seandainya sang perempuan yang menerima proposal dan menyatujui lamaran itu maka tanpa adanya proses pacaran mereka akan langsung mengikat janji untuk membangun kehidupan baru. Cara yang sekilas terlihat praktis tapi susah dilakukan.
Lalu apa yang menjadi perhatian kami? Kami mengagumi sikap yang demikian. Hari gini dimana zaman yang udah Nampak gila-gilaan ternyata masih ada yang memegang teguh sebuah hal yang berbeda tapi baik. Kami pun mulai membanding-bandingkan dengan diri masing-masing. Salah satu temanku mengaku mungkin tak sanggup harus mencari calon dengan cara yang demikian. Kami memang sepakat bahwa berpacaran memang tak wajib dilakukan tapi bagaimana pun dirasa memang perlu waktu untuk mengenal satu sama lain sebelum memutuskan untuk mengikat janji setia seumur hidup. Temanku yang satunya lagi mengaku memang sekarang memiliki pacar tapi sebatas untuk saling mengenal. Siapa tahu entar dia memang jodohnya atau bukan. Kalau aku sendiri tak menolak juga jika harus memulainya dengan hal yang demikian tapi dengan niat memang untuk mengenal lebih banyak dan tidak bermaksud main-main. Ah, mengerti sendiri lah apa maksudnya. Dan ini adalah obrolan para lelaki yang berumur 23-an, jadi buat yang umur dibawah itu dan tidak mengerti apa maksudnya janganlah sampai bingung. Entar pas umurnya sudah sampai kamu akan mengerti sendiri juga :)
Akhir dari obrolan kami adalah kami menyimpulkan bahwa segala sesuatunya kita kembalikan ke niat kita. Boleh lah saja melakukan hal yang berbeda atau pun bagaimanpun cara yang lain, tapi haruslah dengan niat yang baik. Sesuatu yang diawali dengan hal yang baik Insya Allah akan berakhir dengan yang baik pula. Tapi jika pada awalnya memang hanya untuk main-main maka siap-siap pula pada akhirnya perasaan kamu akan dipermainkan juga. Yang sebelumnya di ramalkan indah bisa saja berubah menjadi tak seindah yang diharapkan. Malah lebih buruk. Satu kesimpulan lagi, menurut kami diri kita haruslah berpegang pada pedoman (baca: agama) dan menyerahkan sepenuhnya terhadap apa yang kita telah usahakan kepada TYME agar mendapatkan hasil yang terbaik. Kesimpulan sudah didapat, makananpun tiba. Karena sudah lapar yaaa sikat aja lagi apa yang tersaji hehee… Thanks ya buat yang merasa mentraktir. Pulang kerumah dengan membawa perut yang sudah kenyang dan membawa pikiran yang penuh dengan kata-kata obrolan tadi dan aku segera menuliskannya di lappiku :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
dengan proposal seperti itu, tujuannya jadi lebih jelas kali ya, lagian untuk menghindari yang namanya pacaran ya seperti itu...
BalasHapus@jack
BalasHapusBedanya itu cuma tertulis, lisan kan ga bisa karena memang mereka belum saling mengenal. Yang mengenalkan cwe nya pun biasanya dari orang lain :)
saya pengen deh kek gtu
BalasHapusnikah tanpa proses pacaran. Jadi pacarannya abis nikah ajah
@Fanz
BalasHapusBoleh kalau mau :) Dan kalau memang sudah jodoh mau pacaran kek atau apa ya... cintanya ga bakalan lari kemana juga. Ya ga?