Selasa, 27 Januari 2009

Cerita Penjual Jamu

Selasa pagi ditempatku hujan lebat banget. Padahal sebelumnya panas, ga nyangka cuaca berubah cepat begini. Tapi ga pa pa. Klo hujan kerjaanku malah santai, ga ada customer hehe
Hari dingin ga ada kerjaan paling asik ya menghayal. Pandangan lurus dan mata jarang berkedip. Ya natap hujan gitu. Sampai akhirnya aku melihat bibi jamu lewat pake sepeda menerjang hujan. Cuma pakai jaket biasa melaju tanpa mengiraukan basah seakan takut ga kebagian rejeki jika harus menunggu hujan reda.
Melihat itu aku jadi berpikir hanya satu. Gigih! Segala sesuatu sepanjang tak mengganggu ketenangan orang lain seakan ga jadi masalah untuk terus berjuang. Untuk apa? Mungkin untuk anaknya yang lagi skulah atau hanya sekedar menyambung hidup sehari-hari. Atau untuk apapun jua yang jelas segala bentuk perjuangan untuk wanita menurutku tidaklah mudah.
Terbayang pada ibu sendiri yang setiap hari harus pergi pagi-pagi kesekolah, mengajar dan berbagi ilmu pada murid-murid. Pulang kerumah bukannya bisa santai untuk melepas lelah, tapi kerja lagi sebagai menyiapkan segala sesuatu buat dirumah. Semuanya untuk siapa? Tentunya buat kami, anak2nya. Tanpa letih tanpa mengeluh tanpa menuntut upah bayaran. Teringat pada aku, ngantarin ibu aja minta digantiin biaya bensinnya. Pepatah mengatakan kasih anak sepanjang galah kasih ibu sepanjang masa memang benar adanya.
Kembali pada bibi jamu tadi. Tentunya aku tidak tahu pasti apa yang dibalik hati beliau. Yang jelas kesan perjuangan jelas tersirat.
Hehe, apa coba fik ini. Kayak perang aja =)
Perjuangan yang belum tentu terbayar mahal. Tapi dengan keikhlasan, tentunya setetes keringat pun jadi tak ternilai. Dibandingkan dengan hanya mengharap belas kasihan orang lain.
Hujan sudah reda. Ga bisa merenung lagi deh hehe.
Dan balik kerja lagi hadoohh...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo ya dikasih komentar. Telat reply jangan marah :)